Friday, June 11, 2021

Apakah Sudah Maksimal?

Cuti maternity 3 bulan akan berakhir dalam 2 hari. Udah pilihan sendiri dong ya untuk memutuskan tetap kerja setelah punya anak. Padahal dulunya aku sudah berencana untuk berhenti sementara. Tapi karena satu dan lain hal, tetep lanjut nih.

Dari 3 bulan terakhir ini aku mikir keras, apa yang mesti aku lakuin selain mengurus bayi. Kenapa aku berpikir begitu? Karena rasanya jika sudah kembali kerja dan ketemu weekday itu susah untuk izin apapun. Sebenernya gampang sih mau izin tuh, tapi kerjaan yang belakangan bejibun rasanya rada susah ninggalin bentar doang juga.

Dan dalam 3 bulan ini juga aku gak ngelakuin hal yang produktir banget selain ngurus bayi. Malah cenderung males-malesan hehe. Padahal aku udah ngebayangin bakal produktif banget. Baca buku, ngeyutub, nulis novel. Hehehe. Iya pengen banget bisa ngeyutub gituloh, biar dapet duit. Niatnya hanya itu hahaha.

Sedihnya lagi, aku ngerasa belum meberikan yang terbaik untuk anak. Ini semua permasalahan ASI yang sudah diupayakan dengan berbagai cara, sudah diratapi 3 bulan belakangan. Googling sana sini, mencari pembenaran. Yang ujung-ujungnya aku rasa cukup sudah. Semua harus disyukuri. Bayi sudah lahir selamat dan tumbuh sehat, padahal sewaktu lahiran sudah takut takut terjadi apa-apa dengan bayi karena aku yang susah ngeden. Ah kalau inget itu sih pengen nangis rasanya gabisa ngebayangin seandainya gimana gimana.

Terus kalau ditanya, sekarang perasaannya campur aduk lah. Kebiasa di rumah ngurus bayi, bahkan semasa hamil full WFH (kebijakan kantor), besok sudah harus kembali menemui kemacetan, pulang malem, mumet diserbu ditelponin. Bismillah semoga kuat, semoga istiqomah, semoga nggak pernah ngeluh lagi. Toh ini pilihan aku sendiri kan?

Seringkali, ngerasa ingin berhenti saja dan fulltime di rumah. Tapi ternyata setelah full time di rumah 3 bulan ini, rasanya ada sesuatu yang hilang. Ya! Kesibukan. Padahal ngurus bayi saja sudah sibuk ya. Tapi sok sok an pengen lebih sibuk. Hemm, gimana ya, lebih ke ingin memaksimalkan masa muda dulu sih. Walaupun di sisi lain ingin menemani si kecil tumbuh dan berkembang. Kalau bahas ini sih sampe sekarang kayaknya akan terus ada pro kontra ya.

Tapi, bagiku bekerja juga sebagai salah satu cara untuk tetap waras, bisa bersosialisasi, gosip atau bahkan info info diskonan. Dan terutama, masih bisa menyisihkan penghasilan untuk orang tua dan adik. Walaupun mereka gak pernah sekalipun minta. Tapi cita citaku dari dulu, bisa ngasih uang yang banyaaaaak untuk ortu, bahkan bisa umrohin mereka. Iya, cita citaku mentok di materi karena aku rasa itu salah satu cara balas budi ke mereka walaupun sampe kapanpun nggak akan pernah bisa mengganti semua materi dan kasih sayang mereka.

Terkadang juga, jujur, saya iri dengan mereka yang karirnya lebih cemerlang, yang tentu penghasilannya pun begitu. Atau bahkan pernah merasa iri pada mereka yang tidak bekerja tapi terlihat betul-betul happy.

Tapi dipikir-pikir berulang kali, aku sudah seharusnya banyak bersyukur. Mungkin aku memang sudah didesain untuk terus berjuang, bekerja keras, salah satunya supaya bisa ngasih ke ortu dan setiap bulannya tanpa harus mengambil jatah kebutuhan bulanan. Bukankah begitu?

Dipikir-pikir juga, kurang apa ya hidup aku?
Semua cukup, alhamdulillah.
-Kasih sayang ortu kepada aku dan suami lebib dari cukup, apalagi ke cucu mereka.
-Punya adik juga makin kesini makin baik banget, mau disuruh-suruh hehehe, sayang anak aku juga, suka dia jagain.
-Punya mertua dan ipar baikkkk banget. Gak kaya yang aku baca baca di IG.
-Punya suami meskipun cuek kebangetan tapi setia luar biasa, anak rumahan banget juga, transparan juga apalagi soal keuangan. Udah gitu dia tuh irit, hihihi. Jarang lah sengaja pengen beli ini itu (biasanya aku yg malah banyak maunya). Dia juga ga ngerokok jadi uangnya bisa saving lumayan.
-Dan yang terakhir, punya anak yang sehat, masyaallah lucu. Bukankah ini rezeki luar biasa?

Memang gak pantes rasanya kalau masih harus membandingkan karir dan gaji dgn orang lain. Semoga ke depannya bisa terus bersyukur dan terus berbagi sama sekitar. Aamiin.

Syukur syukur juga suami karirnya ningkat! Hihihi teteppp aja yah pengen yang lebih lebih.

Membuat KK (Kartu Keluarga) Baru

Semasa cuti maternity ini aku manfaatkan untuk mengurusi perubahan kartu keluarga (KK). Sebelumnya aku dan suami udah punya KK baru. Nah dengan kehadiran bayi kami, begitu akta kelahiran terbit, kami langsung mengurusi KK.

ternyata begini tampilan akta jaman sekarang, print out biasa.

Dimulai dari dateng ke tempat bapak RT untuk meminta formulir pengajuan pembuatan KK baru. Dari situ bapaknya nulisin surat pengantar. Dan kami dikasih selembar kertas untuk diisi sendiri. Data nya lumayan banyak sih, isinya mengenai nomor ID anggota keluarga, golongan darah, pekerjaan, dll.

Ohiya dokumen kelengkapannya itu:
-KK lama
-FC KTP suami istri
-FC buku nikah
-FC akta kelahiran anak

Beres dari RT kami ke RW kemudian form tersebut ditandatangan dan dicap RW.

Lanjut ke kelurahan. Nah disini lumayan antri sih karena aku datengnya agak siang, jam 09.00. Padahal kalau udah standby dari jam 8 kurang pasti deh cepet antriannya. 

Nah dari kelurahan ini kayak biasa gitu dikasih nomor antrian, terus dipanggil, dan ngasihin berkas ke petugasnya. Dari situ diminta fotokopi masing-masing satu lembar. Nah habis fotokopi, dokumen asli dibawa untuk ke kecamatan dan dokumen fotokopi disimpan di kelurahan.

Menuju ke kecamatan, agak mending nih kosong. Halaman parkirnya pun luas. Hehehe. Disini juga pake nomer antrian tapi kebetulan gak begitu antri banyak. 

Jangan lupa untuk membawa KK asli ya saat ke kecamatan, karena berkas asli akan diambil dan nanti diganti dengan yang baru.

Terus serahin berkas yang tadi, dan dikasih nomor registrasi.

Nomor registrasi ini nantinya untuk keperluan ngambil KK yang baru. Infonya sih 2 mingguan baru selesai. Tapi kalau cek berkala di website, ternyata satu hari juga kebetulan udah selesai kok.


Sunday, May 16, 2021

(Andai) Saja

Kebanyakan manusia hobi nya berandai-andai ya. Punya waktu luang dikit, pasti flashback dan kadang menyesali hal yang udah terjadi. Itu aku sih yang kayak gitu.

Andai aku dari awal lulus cari kerja di Bandung aja sampe dapet.
Andai aku lebih keras kepala lagi untuk cinta Geofisika dan terjun di dunia geo geo an.
Andai aku nggak usah egois mikirin apa kata orang saat itu, akhir 2016 - awal 2017.

Aku tipikal yang nggak mau banget diomongin sama temen atau circle terdekat hanya karena "laki laki". Dan hanya karena dia itu pernah deket sama temen aku terus aku jadi ragu dan seolah melakukan penolakan. Padahal "diminta" aja nggak pernah. Kok udah nolak? Iya, seharusnya saat itu aku nggak perlu meminta "pendapat" dari yang dulunya pernah dekat juga.

Di saat itu pula, aku kepikiran terus-menerus hingga akhirnya semua berbalik. Yang pada akhirnya aku sendiri yang berusaha lebih keras supaya keadaan seperti awal lagi. Tapi, sejauh yang kuingat saat itu semuanya nggak berhasil. Bahkan aku ingat terakhir melihat dia itu waktu aku dan temen anak fisika di kampusku main ke kampusnya, yang kebetulan banget dia lewat bareng temen temennya. Aku buru-buru ngumpet saking saltingnya. Nggak tau tuh, dia ngeh apa nggak ya. 

Nggak jauh dari situ, aku keterima kerja di karawang.

Yang bikin mengganjal sampe sekarang itu adalah, bisa bisanya dia terus muncul di mimpi. Apa karena perasaan bersalah? Tapi ah aku nggak salah salah banget kan? Terakhir-terakhir malah aku yang berusaha keras tapi semuanya udah terlambat juga. Udah gitu, aku udah sempet minta maaf kalau kalau emang pernah nyakitin. Ditambah lagi, responnya yang nggak diduga. Baikkkk banget bikin pengen mewek.

Melalui tulisan ini, yang ingin aku sampaikan adalah mungkin semuanya memang sudah garis takdir nya seperti ini. Padahal setelah dua tahun kemudian bisa aja ada kesempatan. Tapi mungkin namanya memang bukan jodoh, pada akhirnya semuanya hanya kenangan, yang kupikir akan selalu diingat. Padahal, kami punya hubungan aja nggak. Tapi kebaikan dia pasti aku ingat terus karena rasa-rasanya jarang ada yang baiknya kayak gitu.

Di tulisan ini pula aku ingin mendoakan secara tulus untuk kebahagiaannya, semoga mendapatkan perempuan yang sebaik dan setulus dirinya. He deserves it.

Toh aku sekarang sudah punya kehidupan sendiri juga. Sudah berumah tangga yang insyaallah jodoh dunia akhirat. Aamiin. Itu pun "hasil" istikhoroh selama 3 bulan. Hehehe.

Friday, May 14, 2021

Cerita Singkat Soal Rumah Tangga

Semakin kesini aku semakin yakin kalau segala sesuatu itu ada masa nya. Termasuk menikah. Untuk seusia anak kuliahan atau sehabis lulus SMA yang kita tau kalau jaman sekarang itu rasanya kok banyak galau-galau umur sekian belum nikah lah, umur sekian masih jomblo lah. Termasuk aku pada masa itu.

Padahal, kalimat "menikahlah di waktu yang tepat, bukan cepat" itu bukan sekedar klise. Serius, karena aku udah ngalamin hal itu. Di postingan ini aku mau cerita agak serius aja soal kehidupan setelah menikah. Walaupun baru seumur jagung bangett, baru setahun nikah tapi aku rasa pengen banget ngeshare apapun itu yang mungkin bisa dijadikan pembelajaran.

Aku dan suami beda 1 tahun secara hitungan tahun. Atau beda 1 tahun 9 bulan kalau hitung hitungan bulan. Dengan usia yang nggak terpaut jauh banget, aku rasa sih ini jadi keuntungan tersendiri. Kayak misalnya pola pikir yang nggak timpang banget, atau hal-hal yang bisa cerita bareng karena kita seangkatan.

Pernah denger yang udah nikah diuji materi? Atau bahkan diuji sama anak, ipar atau mertua. Iya, tiap rumah tangga pasti diuji. Jauh sebelum nikah aku sering nyimak orang-orang yang banyak berantem karena ekonomi. Atau sayangnya mereka harus sampe pisah karena ekonomi. Terus pernah denger juga perempuan-perempuan bilang kalau harta itu nggak penting dan yang penting itu setia? Betul, betul banget setia nomor satu. Tapii, menurutku materi juga sangat penting.

Waktu remaja, kriteria laki-laki idaman itu pasti yang pinter, ganteng, sayang sama kita, gitu gitu lah yah. Seiring nambah umur, kriteria itu nambah lagi yaitu jujur, setia, at least punya kerjaan tetap, bertanggung jawab, dan yang pasti seiman. Kalau soal sholat, udah pasti itumah jadi patokan utama.

Suami yang dulu aku kenal itu, pemalu, parah. Tapi anehnya kalau udah ngomong itu nyerocos gitu nggak berhenti-berhenti. Hehehe. Malahan sampe aku sendiri nggak kebagian lapak buat cerita. Suami juga tipikal yang cuek. Dalam rumah tangga sih ini bisa jadi menguntungkan dan bisa juga sebaliknya. Kenapa cuek itu baik? Iya, bagus banget, jadinya nggak yang posesif parah, terus kalau istri ngambek, suami nggak ikut balik ngambek. Tapi malah didiemin. Eh malah jadi bumerang juga ya? Malah kita kesel sendiri kalau nggak diwaro kayak gitu.

Tapi sejauh yang aku kenal, alhamdulillah semuanya bener-bener ngalir lancar. Ya ada sih berantem dikit-dikit semacam aku minta tolong buangin sampah tapi nggak didenger. Ya gitulah yaa. Terus juga punya suami cuek itu bener bener deh cuek banget. Masa dari jaman pacaran, nggak pernah gitu ya ngecek hape aku termasuk aku chat sama siapa aja. Pun ketika tau aku punya temen deket cowok waktu itu, ya dia biasa aja. Aku malah cek hape nya, sepiii banget kayak kuburan. Hehehe. Kontaknya cuman kakak-kakak nya, beberapa temen SMK dia dan beberapa anak laki temen kuliahnya. Ohiya, temen kerja juga. Udah sih itu aja.

Sampe aku heran apa ini orang nggak punya temen cewek kali ya. Dan emang bener nggak ada sama sekali. Soal pacaran, tetehnya bilang sih dulu suami pernah punya pacar tapi pas masih bocah gitu ahhaha pas SMP. Udah gitu putus karena bener2 nggak pernah ketemu.

Hal-hal semacam inilah menurutku yang menunjang karakter suami. Aku sih lebih baik beliau cuek aja gitu meskipun sering bikin makan ati. Daripada baikkk banget care banget tapi tau-tau ke cewek lain gitu toh? Naudzubillah.

Intinya gampang-gampang susah ya ngurus rumah tangga itu. Alhamdulillah juga sejauh ini suami nggak pernah ngelarang kerja. Malah ngedukung. Aku dan suami juga bukan orang yang kelas menengah ke atas sih. Jadi apapun itu kami perjuangkan bareng-bareng. Alhamdulillah juga keluarga suami bener-bener baik. Nggak ada cerita semacam 'mertua ngerecokin anak' nggak, nggak ada sama sekali. Malahan yang ada aku sering "dikasih jajan" sama bapak mertua. Eh sekarang ada anak, uang jajan itu turun ke anak. Hehehe.

Terus soal kematangan pemikiran. Aku rasa di usia 23 tahun aku menikah, segini mah nggak bocah banget kan. Keitung udah cukup umur banget malah. Setidaknya, aku dan suami bisa sama sama kepala dingin lah dalam hal apapun. Atau sebaliknya, aku pengen 'ngajak berantem' tapi suami malah nanggepin santai. Terus juga menikah di waktu yang tepat itu ya sama orang yang tepat. Aku dan suami, entah kenapa, klop aja! Dalam hal apapun itu. Latar belakang keluarga pun nggak beda jauh. Hehe karena dari dulu juga aku nggak mau sama yang kaya kaya banget. Takut timpang gitu. Sekali lagi, minimal yang di atas kita tapi jangan kejauhan.

Dari awal kami deket sampe udah satu tahun menikah, alhamdulillah aku rasa nggak ada ujian apapun yang berarti. Ditambah lagi kelahiran bayi yang udah kami tunggu banget. Kurang apalagi coba hidup aku ini?

Sampe pasca lahiran, seminggu, dua minggu bahkan sebulan aku baru menyadari ujian kami yang sesungguhnya. Kukira melahirkan dan proses mengASIhi itu normal, naluriah. Ternyata aku sangat minim pengetahuan soal menyusi, yang singkat cerita aku nggak bisa nyusuin bayi secara optimal. Sedih, banget rasanya. Tiap malem kepikiran ampe stress. Bukannya badan tambah berisi ysh, ini malah tambah kurus.

Maka aku yakin bahwa rejeki orang itu beda beda. Ada yang diuji secara materi tapi dia ASI (Air Susu Ibu) nya lancar deres. Pun dengan aku yang ngerasa aman aja dari hal apapun. Nggak ada kekurangan. Tapi ASI bagaikan mampet. Setetes setetes. Udah konsul kemanapun dan udah nyoba banyak cara tapi mungkin rejekinya hanya segitu.

Semoga anak bayi ku ini selalu sehat sampai kapanpun meskipun dia nggak full ASI dari ibunya.

Monday, May 10, 2021

Perpanjang STNK Mudah dan Cepat di Samsat Outlet Ladies Cipadung

Pengalaman aku perpanjang STNK cepet banget sih, meskipun nggak bayar dulu via online di aplikasi. Waktu itu aku dateng ke samsat ladies yang beralamat di Cipadung, Bandung timur jam 12an siang. Telat, kupikir keburu tutup. Tapi aku tetap antri disana. Nggak ada nomor antrian. Hanya duduk disitu. Makin lama makin banyak orang meskipun di jam istirahat. Judulnya sih ladies, tapi dominan bapak-bapak tuh yang dateng.



Begitu petugasnya dateng, kita langsung kumpulin STNK dan KTP nya ke beliau, dan nulisin nama di buku dia gitu sebagai pendaftaran Gak lama dari situ, dipanggil dan KTP kita dibalikin. Posisi saat itu masih antri di luar ya.

Terus dateng petugas yang di dalem. Nah yang udah daftar di luar tadi satu per satu dipanggilin ke dalem. Udah simpel cuman dipanggil nama terus bayar di loket kasir.

Habis bayar, kita dapet STNK baru dengan masa kadaluarsa setahun ke depan.

Saturday, May 8, 2021

Hari Yang 'Ditunggu' (Operasi di RS Hermina Arcamanik) Pakai BPJS Kesehatan

Aku masih ingat jelas malam itu, 22 April 2021. Dengan terpaksa harus meninggalkan bayi. Nggak lama sih, sampe besok siangnya kupikir. Hari itu, dari magrib aku udah packing perlengkapan ke RS. Jadwal operasi yang sempat tertunda 2x dari pihak RS akhirnya jadi di tanggal 23 April pagi jam 08.00. Malam itu aku dan suami berangkat jam 19.30 untuk kemudian registrasi di RS jam 20.00. Atmosfernya masih terasa. Setelah sekian lama nggak naik motor berdua aja sama suami hehehhe keburu lahiran kan. Tapi bukan itu maksudku. Suasana malam itu, untuk yang pertama kalinya aku dipaksa "mandiri" harus menjalani operasi tanpa orang tua. Meskipun itu operasi kecil tapi tetep aja kan.

Setiba di RS aku langsung ambil antrian rawat inap.

Ini pertama kalinya aku harus "dirawat". Dulu 2018 sempat sih nemenin adik aku yang juga dioprasi. Tapi dulu ada mamah, ya begituuu hawa hawa nya beda aja kalau di RS!

Nah saat itu ada satu antrian di depan aku yang makan waktu cukup lama karena di meja registrasi itu nulis nulis data ktp, ktp suami, dsb terus juga tanda tangan dokumen perjanjian ini itu terkait operasi.

Next setelah aku terpanggil dan isi semua data, aku diminta masukin berkas ke IGD. Hemm nggak pernah terpikirkan sebelumnya akan masuk IGD. Kukira bakal "ditidurin" disitu ternyata nggak. Aku hanya diminta menunggu hingga dipanggil susternya, dan kemudian dipasang jalur untuk infus. Hemm sakit juga lumayan. Tapi lagi lagi tetepp ga ada yang ngalahin sakit jahitan pasca lahiran hehe.

Setelah dipasang jalur infus aku nunggu lagi di luar ruangan. Dan setengah jam kemudian nyebelin sekalii ternyata harus tes swab lagi karena hasil yang kemarin dianggap kadaluarsa, tepat udah 2 minggu sejak swab pcr. Oke aku diminta ke bagian lab untuk tes swab antigen. Waktu itu jam 22.30 dan pihak lab bilang harus nunggu suster yang nge swab itu sekitar jam 11 atau stg 12 malem. Aku langsung balik ke IGD dan infoin hal itu. Alhamdulillah akhirnya dibsntu sama suster yg di IGD. Selang 15 menit aku dites rapid antigen. Dan alhamdulillah lagi jam 23.40 aku dipanggil suster untuk masuk ke ruangan rawat inap. Btw saat itu aku lagi fokus nyiapin apa aja yang mau dibeli saat promo shopee 23.04 haha.

Meskipun "sepi" tapi aku ngga ngerasa serem gitu. Justru hawanya anget aja kayak pas adik aku OP juga. Di BPJS kelas 1 ini fasilitasnya satu kamar ada 2 bed ya. Aku lupa nggak motoin karena saat itu di sebelah aku ada orang juga sih hehe.

Ini yang aku tempatin waktu itu. Dan soal jalur infus tadi, nggak langsung dipasang saat itu tapi besok subuhnya. Aku sampe di ruangan ini jam 23.55 setelah diinfokan ini itu sama suster. Daaan langsung siap siap hajar pantengin shopee hahaha.

Kek gini penampakan setelah infus. Dan salahnya aku malah pake jaket, harusnya lepas dulu biar memudahkan entar buka baju trs ganti ke baju operasi.

Besoknya tanggal 23 April hari jumat, jam 6 suster udah ke ruangan dan jam 7 nya menuju ruang operasi. Pake kursi roda hehe padahal aku masih sangat bisa jalan.
Sambil nunggu dokter dateng, aku ganti ke baju operasi dan baru bener2 masuk ke ruang operasi itu jam 08.15. Lanjut bius spinal atau sebagian (dari perut ke bagian bawah). Lumayan sakit banget sih tapi sambil diajak ngobrol dokter anestesinya. Aku kira bakal dibius total gitu. Nah kalau yg spinal ini awalnya kerasa keram bagian kaki, terus lama lama makin nggak kerasa aja. Intinya sambil melek, operasi dijalankan. Yang aku rasain saat dokter "ngebelek" tuh kayak ditepuk2 aja gitu. Nexttt selang setengah jam, aku dipindah ke ruang pemulihan.

Lumayan lama disini sampe jam 12.30 yang seharusnya aku udah pindah ke ruangan, pikirku. Ternyata aku ngga boleh bangun/berdiri dulu sampe jam 8 malem. Jadi dibawa ke ruangan ama kasur2nya. Norak ya, mirip di film film menurutku haha.

Udah enggak sabar pengen pulang sebenernya. Toh diem di ruangan pun malah suami yang tidur. Aku melek mantengin shopee. Buang air kecil pun nggak bisa karena nggak boleh turun dulu. Alhasil itu nggak kuat banget nahan BAK, pikiran udah kemana2 banget. Tapi pas magrib alhamdulillah suster dateng dan aku dibolehin "gerak" terus belajar BAK ke toilet.

Udah, jam 8 malem siap bergegas pulang yuhuu. Aku kira pasca operasi itu bakal susah duduk ataupun susah gerak. Taunya enggak. Alhamdulillah bekas jahitan pun aman.

Pokoknya banyak-banyak bersyukur alhamdulillah semuanya lancar. Semuanya nggak se-seram yang dibayangkan. Aku dijadwalkan kontrol lagi 2 minggu kemudian, tanggal 7 Mei 2021.

Daaan untuk bertemu dr. Santhi kali ini aku booking via apps online loh. Cepet banget memang prosesnya. Tapi tetep nunggu dokternya. Hihihi.

Sebelum ketemu dokternya, aku ambil hasil lab dulu.

Betul ternyata isi dari surat ini, diagnosa nya sesuai dengan dokter Santhi.

Itu terakhir kali aku ke RS untuk ngurusin serba serbi operasi ini. Alhamdulillah, alhamdulillah. Semoga ke depannya sehat-sehat terus ya. Aamiin.

Akhirnya BPJS Kesehatan Kepake Juga! (Operasi di RS Hermina Arcamanik)

Salah satu kekhawatiran dari dulu banget selama bertahun-tahun sejak SMA adalah satu bagian pada diri aku yang harus dilakukan tindakan operasi. Aku nggak akan nyebutin itu apa, tapi disini mau cerita soal pengalaman pakai BPJS Kesehatan.

Mungpung cuti maternity selama 3 bulan, aku manfaatkan kesempatan ini untuk ngobatin keluhan aku selama bertahun-tahun ini. Soalnya kalau diobati di hari kerja, repot ditambah takut nggak bisa duduk kayak semestinya. Hehe.

Berawal dari 6 April aku ke Faskes yg emang dekat banget dari rumah. Dari situ diperiksa sama dokternya dan beliau langsung memberi rujukan untuk operasi. Aku milih RS. Hermina Arcamanik karena dengar-dengar sih prosesnya mudah.

Hari itu aku nggak langsung ke RS karena punya bayi juga di rumah. Lagipula aku mau searching dulu jadwal praktek dokter bedah sesuai yang dirujuk dokter di faskses. Akhirnya tanggal 8 April 2021 baru ke RS untuk memulai perjalanan 'operasi' ini.

Saat itu aku belum tahu kalau RS Hermina sudah memberlakukan sistem booking via online. Jadinya nunggu lama banget dari jam 06.30 sampe jam 10an baru dipanggil di meja pendaftaran. Dari situ diarahkan ke suster dan kemudian diperiksa tensi darah sama berat badan.

Nggak sampe disitu aja, justru tantangan terbesar adalah ngantri depan poli bedah. Apalagi dokternya biasanya ada tindakan operasi dulu. Tapi kalau aku dateng siang, ya dokternya keburu abis jam praktek toh. Apalagi di RS Hermina untuk dokter bedah aku hanya mau ke dr. Santhi karena yang lain dokternya laki-laki semua.

Habis diperiksa dr. Santhi, beliau langsung bilang "ini operasi aja ya" sebenernya dalam hati aku udah tau kalau yang beginian mah emang jarang banget bisa diobatin tanpa operasi. Tapi aku penasaran tanya "bisa cara lain bu dokter selain operasi?" Yang tentu dijawab nggak sama bu dokternya.

Aku dijelaskan sama suster kalau harus melengkapi syarat-syarat berikut:

- Tes swb PCR di RS
- Tes hematologi darah lengkap di RS
- Tes HbsAg dan HIV di luar

Setelah semuanya beres ini dikumpulkan di Sr. Isti yang kemudian beliau akan menjadwalkan operasi. Untuk jadwal PCR sendiri dilakukan besoknya, Jumat 9 April. Itu pertama kalinya aku tes swab. Karena selama pandemi full wfh. Ternyata cepet banget sih nggak perlu ngantri. 

Aku lanjut ke dinas kesehatan untuk tes HbsAg dan HIV siang itu. Dan hasilnya baru bisa diambil senin 12 April. 

Ini pricelist tes di Dinas Kesehatan Kota Bandung ya:

Murah sih disitu, nggak nyampe 100.000. Kalau aku tanya ke lab swasta lain sih bisa sampe 600-700rb an hehehe.
Nah PCR udah, ke dinkes udah. Tahap terakhir adalah tes hematologi darah lengkap yang dijadwalkan Selasa, 13 April di RS. Masyaallah disitu antri lagi kayak biasa! Mau booking via online nggak bisa karena nggak ada dokter yang dituju juga. Intinya sabar sabar mengantri. Namanya juga BPJS?

Aku banyak-banyak minta maaf sama bayi merah belum 40 hari. Karena harus ninggalin lagi. Gimana entar pas udah masuk kerja ya? Apa berangkat kerja selalu dibarengi dengan tangisan?

Lanjut ke tes darah. Intinya sih serangkaian tes itu yang biasanya aku takut banget, eh malah biasa aja. Mungkin karena udah ngalamin ngelahirin yang rasanya jauh lebih sakit dari itu kali ya? Hehehe ini serius.

Alhamdulillah semua tes udah selesai kan tuh. Aku kumpulin tuh semua hasilnya ke suster Isti. Dan aku ngisi formulir yang kebanyakan isinya soal persetujuan selama masa operasi. Beliau bilang untuk jadwal operasi nanti dikabari via Whatsapp

Aku seneng banget waktu dapet chat ini haha. Padahal mau operasi, bukan mau dikasih THR. Oke, jadwal operasi tanggal 21. Tapi nggak lama dari situ dikabarin lagi perubahan jadwal.

Aku biasanya sama ortu kalau ada apa-apa. Sekarang betulan mandiri, hahaha. Memang harusnya kan. Udah jadi ibu pula.
Dan dengan terpaksa, "menitipkan" bayi ke ortu aku saat itu.

Tapi aku dapet kabar lagi dari suster isti soal pengunduran jadwal lagi.

Udah degdegan banget sih sebenernya saat itu. Kebayang kalau diundur terus, aku mungkin harus tes ulang. Tapi alhamdulillah jadinya tanggal 23 dijadwalkan operasi.

Kurang lebih begitu perjalanan menggunakan BPJS. Semuanya full dicover yaa, kecuali yang ke dinas kesehatan tadi, under 100k. Itu pun tergantung kondisi masing-masing, apakah diharuskan tes tsb atau nggak.

Next cerita mengenai operasi dibahas di postingan selanjutnya. Hehehe.

Friday, May 7, 2021

Keracunan Belanja Online?

Setahun belakangan mungkin udah nggak asing banget liat event-event e-commerce di stasiun tv. Kadang kadang, mau nonton sinetron Ikatan Cinta harus tertunda dulu karena ada event tersebut. Yang pada akhirnya nonton sinetron kesayangan umat ibu-ibu di Indonesia itu dilanjut setelah event beres. Termasuk aku sendiri ya, jatuh cinta sama sinetron itu hanya karena ketampanan mas Al yang dianggap beda dari biasanya. Padahal saat itu aku belum jadi ibu-ibu.

Balik ke topik e-commerce yang menawarkan ribuan voucher menarik yang ujung-ujungnya kepaksa dipake, mau butuh atau enggak, tapi voucher sangat sayang kalau diabaikan begitu saja! Tapi ngomong-ngomong sekarang apa apa itu sudah pakai embel-embel "E" yah. Macam e-wallet, e-commerce, e-toll. Eh udah beberapa tahun ke belakang sih yah, bukan sekarang-sekarang.

Salah satu favorit e-commerce sejuta umat mungkin adalah Shopee yang kita sangat kenal dengan campaign free ongkir nya itu. Aku nyesel kenal shopee semenjak 2018. Padahal sebelum itu udah rame kan ya? Udah gitu, waktu awal-awal aku kenal shopee udah kayak orang kehausan belanja. Laper mata juga! Ditambah lagi dengan harganya yang sesuai dompet mahasiswa, meskipun saat itu aku udah berstatus bukan mahasiswa lagi. Ya, tapi harga yang ditawarkan dari ribuan toko di Shopee itu sangat menggiurkan.

Makin hari skill belanja makin berkembang. Yang awalnya sangat tergiur barang priceless eh lama lama kok kayaknya enakan yang "mahal" tapi diskon besar-besaran ya. Makin berkembang lagi setelah pandemi menyerang. Kan, kalau kebanyakan kantor memberlakukan wfh? Termasuk kantor tempat aku kerja yang menerapkan wfh full untuk ibu hamil. Kabar baiknya Juli 2020 ketauan hamil. Alhamdulillah, auto wfh. Loh kok jadi cerita kemana-mana.

Sejak Juli 2020 itu kok godaan belanja Shopee makin besar yah. Ditambah flash voucher yang berseliweran, yang bikin mikir sayang bgt kalau ga dimanfaatkan! 

Dapatkan potongan harga 20.000 dengan minimal belanja 50.000. Wow siapa yang nggak tergiur? Yaa anggap saja yang 50.000 itu belanja keperluan dasar seperti sabun mandi, detergen, dll. Nggak salah toh? Enggak dong yah. Meskipun ujung-ujungnya sekali belanja bisa ratusan ribu. Eh malah kemarin waktu event 23.04 terus lanjut 25.04 terus lanjut 30.04 dan diakhiri dengan 05.05 kok tiap hari bisa ada belasan order ya? Khilaf? Iya, belum lagi akun suami.

Seperti yang kita tau kalau tradisi tanggal kembar itu mereka menawarkan free ongkir minimal belanja 0 rupiah! Eh malah 23.04 dan 30.04 kok ikut-ikutan ya. Sebel. Bikin atm menjerit. Inilah gunanya mamah masih kerja nak. Buat checkout shopee tanpa izin berkali kali ke diri sendiri dan ke ayahmu. Toh belanja Shopee pun untuk keperluan kita ya nak. Semoga ini bukan alibi mamahmu.

Doakan saja semoga yang sering checkout Shopee sampe tiap hari ada yang teriak "paket" ke rumah, dilancarkan selalu rejekinya. Iya toh? Biar ekonomi berjalan lancar. Kadang ngga enak sama mamang kurir nya, kok tiap hari banget kan capek kesini. Udah gitu di gang rumahnya, bikin ribet mamangnya nggak ya? Sama halnya kalau pesen gofud atau grabfud, suka ngga enak sama mamangnya. Loh? Padahal seharusnya mereka senang ya? Ada orderan. Mungkin ini yang dinamakan ekonomi berjalan.


Terus apa aja yang dibeli nih moms selama mengenal shopee?

Yap, sempat terlintas jualan juga. Tapi ngga berjalan lama. Kadang aku sendiri menjudge kalau aku emang nggak bakat jualan!

Sisanya yaa belanja keperluan pribadi lah, kalau dulu sebelum nikah yaa beli susu uht, makanan, baso aci, baju, kerudung, sepatu. Looh malah ujung-ujungnya shopping yah. Gapapa kok memang Shopee dibuat tujuannya untuk itu. 

Lanjut ke masa-masa sebelum nikah. Alhamdulillah merasa terbantu sekali dengan freeongkir dan cashback dari Shopee. Mulai dari baju lamaran yang dipesan jauh-jauh hari (walaupun ujung-ujungnya lamaran dadakan), terus lanjut ke perlengkapan seserahan untuk nikahan. Kan enak ya, calon suami yang bayarin hasil checkout-an aku terus aku yang dapet cashback. Apalagi saat itu 2019an, Shopee lagi gede-gedean ngeluarin cashback.

Eh tapi lama-lama calon suami tau dan checkout di dia hahaha. 

Semenjak nikah, makin parah gila Shopee nya. Ya gimana nggak ya, dulu masih gadis kan ngirit ya buat nabung nikah. Sekarang nabung rumah sih, tapi tetep godaan Shopee terus membayangi. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan untuk kerja toh jadi bisa terus-terusan setia buat Shopee.

Nih contoh pembelian. Untuk bapaknya kok. Kan istri harus menyediakan keperluan keluarga toh?

Yang dibeli sekarang-sekarang nggak jauh dari popok dan keperluan bayi. Sampe nyetok beberapa bulan ke depan. Nggak apa toh, ada voucher murah lebay katanya. Minimal belanja 50rb dapet potongan 10rb. Bisa saving banget.

Satu lagi nih, mau pamer dapetin flashsale baju bayi seharga seribu aja.
Maapin mamah ya nak.

Lagi deh, ini buat mamahnya. Murah kan?
Dah diskon 70% dapet flash voucher pula

Dari tadi kok yang murah terus ya?
Nih yg agak mahalan. Dapet cashback gede ya.

Ohiya lupa bilang, pada main Shopee tanam kan? Ini favorit banget sih.

Lumayan banget tiap beli pulsa jadi gratis karena voucher ini. Yap, cashback 100% maks 15rb.

Tuh aku udah 35 kali panen alhamdulillah. 
Gini aja udah seneng luar biasa.

Kadang-kadang sih nanem beras lumayan. Cuman panennya suka lama.

Udah sih, inti dari self talk ini adalah:
Aku harap udah ini terakhir gila-gila an belanja.

06 Mei 2021.

Thursday, April 29, 2021

Rezeki Bayi?

Alhamdulilah. Masih nggak nyangka udah jadi seorang ibu. Nggak nyangka juga ternyata bisa ngelahirin. Toh emang kodratnya perempuan kan?

Dari hari pertama Faeyza lahir, alhamdulillah banyak yang jengukin dd. Kebanyakan dari pihak sodara dan tetangga yang emang kenal sama mamah sih. Alhamdulillah juga, bonus isi amplopnya. 

Selain amplop juga banyak yang kasih kado pas hari aqiqahan Faeyza (H+7). Aku disini mau rekapin, sebagai pengingat dan ucapan makasih banget!

Aku ambil paketan aqiqah dari @aqiqahsyakiir yang emang recommended banget. Alamatnya di Antapani Bandung.

Berikut kado-kado buat Faeyza:

Yang ini dari covernya aja udah lucu. Anak 5 tahun ceritanya pengen nulis sendiri buat dikasihin ke dede bayi. Iyap, dia itu ponakan suami. Gemay banget emang.

Terus ini gemes banget dari sahabat aku Hesti sama Agis. Lucu banget pake diprint gini. Sukaaa!

Beberapa kado di atas itu dari Hesti Agis, terus Teh Titin, Teh Teti dan Teh Santi (kakak ipar). Gemes banget kadonya. Dan sejak malam itu aku unboxing kado, tiba tiba aja pulih dari rasa sakit jahitan pasca lahiran. Hahaha.

Yang ini dari Lisda, sepupu aku. Gemes banget ga sih, mana banyak banget kadonya. Bajunya mau dipake Faeyza lebaran.

Yang ini baju-baju, plus coklat buat emaknya. Dari Teh Tari, temen kerja dulu di karawang. Duh makasih banget. Padahal udah jauh tapi masih inget aja.

Baju dan tempat makan ini dari Astri, Yanti dan Mpit (Tetangga), dan Velly. Tengkyyu.

Lanjuut, kado lemari dari kakek nenek Faeyza alias ortu aku. Gemes deh, aku sendiri yang milihin kadonya. Hihihi.

Next, kalau temen kantor Nabati ngasih kado, pasti nanya dulu butuhnya apa. Dan aku langsung kasih link shopee untuk beli tenda ini hahaha. Satu lagi nih sama kolam karet.

Ini sih emang keinginan terpendam mamahnya dari dulu. Nah selain ini, sisa uang dari temen-temen PPIC Nabati, ditransferin. Hehehe.

Nah ini dari bumil Puri, temen kantor di Karawang juga. Makasih banget nih bumil!