Saturday, May 16, 2015

Kunjungan Geothermal Energy, Kamojang (19 April 2015)

Geotermal atau panasbumi merupakan energi ramah lingkungan yang berasal dari magma di bawah permukaan bumi yang kemudian mengalami proses perpindahan panas secara konveksi dan konduksi. Heat source dari batuan harus bersifat impermeable, dan disini terjadi proses konduksi. Sedangkan pada reservoir terjadi konduksi dan konveksi. Magma naik ke permukaan karena terdapat patahan disana. Proses konveksi melibatkan fluida termal yang kemudian bergerak dan perpindahan panasnya menuju ke permukaan melalui patahan. Fluida tersebut tersimpan di suatu reservoir yang berada di antara sumber panas.


Uap, air dan material lainnya dipisahkan atau disaring dengan menggunakan separator dan kemudian uap yang telah terpisah dari material lainnya dapat memutar turbin dan setelah itu dialirkan ke turbin. Separator akan digunakan jika tipe dominasi uapnya adalah water dominated, sedangkan pada kasus tertentu untuk dominasi uap bertipe dry steam/vapour, tidak perlu memakai separator. Sistem panas pada geotermal dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu super heated (<2400C), medium entalphy (1400C-2400C) dan low entalphy (600C-1400C). Contoh lapangan panasbumi yang bertipe super heated yaitu lapangan panasbumi Kamojang.
Sumber energi pada geotermal dapat dilihat melalui manifestasinya. Manifestasi itu dapat berupa fumarol, solfatara, steaming ground, warm ground, acid hot spring, mud pool, dll. Pada skema proses geotermal terdapat bagian recharge dan discharge. Recharge adalah proses diinjeksikan kembali air dan lelehan material lainnya sehingga proses geotermal ini tidak membuang sumber daya yang ada, inilah alasan kenapa geotermal merupakan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Discharge merupakan keluaran yang berada di permukaan. Discharge dibagi menjadi dua zona yaitu zona upflow dan zona outflow. Zona upflow merupakan tempat keluarnya fluida bersama thermalnya, sedangkan zona outflow fluida keluar namun tidak bersama termalnya. Zona outflow ini terletak sekitar 20-30 km dari zona upflow.

Pada kunjungan studi ke Lapangan Panas Bumi Kamojang, Garut kami menemukan manifestasi-manifestasi disana. Pertama kali tiba kami melihat mud pool atau kolam lumpur. Kolam lumpur ini diklasifikasikan ke dalam zona upflow karena selain fluida, terdapat juga uap panas yang keluar melalui permukaannya. Setelah melewati kolam lumpur ini kami berhenti di salah satu sumur atau tempat proses pemisahan fluida dan termalnya.

Kemudian kami melihat manifestasi lainnya yaitu fumarol. Fumarol adalah uap panas yang bercampur dengan gas yang keluar melalui celah batuan. Pada lapangan panasbumi Kamojang ini tidak terdapat fumarol asli, namun hanya fumarol buatan. Fumarol ini memiliki ciri khas dengan suaranya yang amat bising. Fumarol diklasifikasikan dalam zona upflow.


Kawah Kareta Api

Setelah melihat fumarol kami melanjutkan perjalanan menuju steaming ground atau tanah beruap yang diklasifikasikan ke dalam zona upflow. Perbedaan steaming ground dan fumarol terletak pada sumber keluarnya. Steaming ground terlihat pada tanah yang juga terdapat percikan air disana. Uap ini berasal dari air yang terpanaskan dengan suhu yang sangat tinggi mencapai 2000C yang terdapat di bawah permukaan tanah. Terdengar suara air yang mendidih disana. Air ini tertutup oleh batuan, dan pada beberapa batuan terdapat rekahan yang kemudian menimbulkan cipratan air. Rekahan ini timbul akibat pemanasan air yang cukup tinggi sehingga menimbulkan tekanan yang besar.

Kemudian kami berjalan ke atas, dan ditemukan kolam lumpur yang merupakan lanjutan dari kolam lumpur yang kami lihat saat pertama kali tiba di lapangan panasbumi Kamojang. Mudpool yang kami lihat mengeluarkan letupan kecil yang merupakan akibat dari panas yang ditimbulkan.

Dalam eksplorasi geothermal kita bisa menggunakan metode gravity, magnet, dll. Lapangan panasbumi Kamojang merupakan satu dari tiga sistem geotermal yang dominasi uapnya bertipe vapour. Maka, Kamojang sangat produktif dalam eksplorasi geotermal.

0 komentar:

Post a Comment