Belakangan ini, aku begitu tertarik dengan karya-karyanya
Bang Tere Liye. Awalnya beberapa teman di Facebook suka terlihat berbagi status
Tere-Liye di beranda Fb. Maka, aku semakin penasaran dengan kedahsyatan
kalimat-kalimat Tere Liye. Aku putuskan untuk me-like fan page nya. Dan semakin
penasaran dengan novel-novelnya.
Aku memutuskan untuk mencari novel-novelnya. Dengan
rekomendasi temanku, katanya novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau merah yang
menurutnya paling bagus. Aku meminjam novel tersebut darinya.
Setelah aku melahap habis novel tersebut selama 3 hari, di
sela-sela membuat laporan praktikum dan tugas-tugas kuliah, aku benar-benar
merasa berada dalam latar dan segala suasana yang ada dalam novel tersebut.
Terlebih merasa sedih setelah membacanya.
Jadi, begini resensi novelnya:
Diawali dari kisah seorang anak laki-laki berumur 6 tahun
dengan segala keingintahuannya tentang seberapa panjang sungai Kapuas itu. Anak
itu memang cerdas dan kritis. Cerita ini berlatar di pinggiran Sungai Kapuas,
Pontianak, Kalimantan Barat. Anak itu, bernama Borno, hingga umurnya yang kedua
belas tahun, ayahnya kecelakaan saat sedang mengemudikan sepit (perahu yang
ditempeli motor sehingga dapat melaju kencang), kabarnya bahwa ayahnya
tersengat ubur-ubur dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Sahabat
orangtuanya itu, yaitu Pak Tua, Bang Togar, Koh Ahcong, dan Cik Tulani ikut ke
rumah sakit, disana Borno terus menangis, hingga akhirnya Ayah Borno
menginginkan jantungnya didonorkan kepada orang lain. Borno kecil tidak
mengerti dengan itu semua.
Hingga Borno beranjak dewasa, dengan berbagai pekerjaan yang
dilakoninya, mulai bekerja di pabrik karet, bekerja sebagai tukang karcis di
kapal Feri, hingga akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai pengemudi sepit,
seperti ayahnya dulu dan kawan-kawan ayahnya. Setelah melalui berbagai proses,
akhirnya Borno resmi menjadi pengemudi sepit, dan pada hari pertama dia membawa
penumpang dengan sepit, dia melihat seorang gadis keturunan cina, anggun,
wajahnya sendu menawan, dan dia begitu tertarik dengan wanita itu. Hingga saat
menepi ke dermaga kayu, dia melihat sebuah amplop angpau merah, dia mengira
amplop itu milik gadis cantik itu. Hingga dia meminta pendapat Andi, sahabatnya
tentang hal ini. Akhirnya setelah beberapa hari dia bertemu kembali dengan
gadis itu, dan ternyata gadis itu sedang membagi-bagikan angpau yang sama kepda
orang-orang, karena sebentar lagi imlek dan Cap Go Meh. Maka, Borno menyimpan
kembali angpau itu.
Semakin hari Borno tertarik dengan gadis itu, namun tidak
berani untuk berkata sesuatu padanya. Hingga Borno tahu bahwa gadis itu selalu
pergi jam 7.15 untuk magang di sebuah sekolah SD. Maka, dengan perhitungan yang
tepat, Borno selalu sengaja diam di antrian sepit nomor 13, agar gadis itu
tepat menaiki sepitnya. Dan ternyata,
taktik Borno itu tepat, hingga akhirnya dia tahu siapa nama gadis itu, yaitu
Mei. Hari ke hari, bulan ke bulan, dia kenal dangan gadis itu, namun gadis itu
sempat beberapa kali pergi ke surabaya tempat kuliahnya, kemudian kembali lagi
ke Pontianak, dan begitulah. Kisah mereka rumit. Hingga akhirnya Mei tidak mau
lagi menemui Borno.
Borno begitu hampa tanpa adanya Mei setelah setahun sejak
Mei memutuskan untuk kembali ke Surabaya. Hingga seorang bibi yang merawat
rumah Mei di Pontianak memberitahu Borno, bahwa Mei sudah terbaring sakit
selama 3 bulan di Surabaya. Dan bibi bertanya soal angpau yang sengaja
dijatuhkan Mei di Sepit saat pertama kali mereka bertemu.
Jadi kira-kira begini isi suratnya, bahwa Mei ternyata telah
lama memperhatikan Borno, dan selalu ingin naik sepitnya Borno. Alasan Mei
memutuskan untuk mencari Borno adalah ternyata ibunya yang seorang dokterlah
yang membelah dada ayahnya untuk memberikan jantungnya pada orang lain, yang
tak lain adalah ayahnya Sarah---yang sekarang adalah seorang dokter gigi yang
kemudian sangat baik kepada keluarga dan teman-teman Borno---. Ibunya Mei
menginginkan sebuah prestasi jika telah berhasil melakukan operasi itu. Namun,
melihat Borno kecil yang terus menangis dan dipeluk ibunya, dokter itu tak tega
dan merasa bersalah, hingga mengalami depresi berat, dan akhirnya meninggal.
Maka, Mei berulangkali meminta maaf dalam surat itu.
Segera setelah membaca surat itu, Borno langsung terbang ke
Surabaya, dan menemui Mei yang terbaring lemah, dan akhirnya Borno mengucapkan
bahwa ia akan selalu mencintai Mei. Dan Mei merasa senang.
Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah versi pdf-nya bisa di download di link ini :
ReplyDeletehttps://myebooknovel.blogspot.com/2020/07/kau-aku-dan-sepucuk-angpau-merah-tere.html