Mengapa pelangi datang
Setelah tetes hujan terakhir
Mengapa mentari bersinar
Setelah badai lautan mereda
Mengapa dirimu datang
Setelah kulupakan sajak,
Di kemuning senja.
Mengapa petir muncul
Saat muatan bumi dan langit tak
lagi seimbang
Mengapa sekawanan merpati itu
pergi
Saat tiba diriku mendekat.
Mengapa dirimu berlari,
Berputar-putar di kepalaku.
Dan mengapa malam ketiga Agustus
ini,
Begitu terang, mengalahkan hatiku.
Mengapa pula kutulis sajak ini
Meniru-niru gaya penyair.
Oh mengapa kau harus terseyum
Kalau seketika membuatku bisu,
Seperti remaja kasmaran.
Bandung, 2016.
0 komentar:
Post a Comment