Novel ini adalah kelanjutan dari novel “Bumi” yang mengisahkan tentang gadis bernama Raib dan memang bisa menghilang.
Dalam Novel Bulan, tokoh Raib, Ali, dan Seli ditugaskan Miss Selena untuk pergi ke klan Matahari untuk kepentingan diplomatis. Ketiga tokoh ini tinggal di Bumi dan duduk di kelas 1 SMA. Raib adalah keturunan klan Bulan yang dibesarkan di bumi, sedangkan Seli keturunan klan Matahari dan bisa mengeluarkan petir. Ali berasal dari klan Bumi dan cerdas, namun tersembunyi di balik kekonyolan atau sifatnya yang menjengkelkan.
Mereka menggunakan buku PR Matematika Raib untuk membuka dunia portal, dan saat masuk ke dunia portal bersama Miss Selena, di klan Matahari sedang ada pertandingan perebutan bunga matahari yang baru mekar. Pertandingan tersebut telah berlangsung ratusan tahun, dan yang memenangkannya akan mendapatkan kekuasaan.
Tanpa diduga, Raib, Ali, Seli dan Ily ditempatkan sebagai peserta baru di kontingen 10, dimana sebelumnya hanya ada 9 kontingen. Mereka tidak bisa menolak tawaran Fala Tara Tana IV, pimpinan klan matahari.
Untuk melewati rintangan demi melihat bunga matahari mekar itu sangatlah berbahaya. Mereka menggunakan Harimau putih sangat besar sebagai tunggangannya. Kontingen lain ada yang menggunakan Salamander, kuda, dll. Jalan pertama yang mereka ambil adalah ke utara, dan setelah itu harus memecahkan teka-teki lain untuk petunjuk selanjutnya.
Mulai dari melawan gorila yang marah besar, burung-burung yang jumlahnya ratusan lalu mematuk mangsanya dan membawa racun ungu yang membuat lawan pingsan, kemudian melawan gurita raksasa yang mengeluarkan cahaya putih di malam hari, terbawa air bah, masuk ke lahan jamur beracun, hingga kehilangan harimau mereka disaat ada air bah menyapu.
Tapi mereka dapat melalui itu semua, dengan kekuatan Raib yang bisa menghilang dan melakukan serangan, kekuatan Seli yang mengeluarkan cahaya dari sarung tangan klan Bulan, Ali yang cerdik dalam memecahkan persoalan, dan Ily yang sigap dan disiplin, serta baju anti luka yang dikenakan mereka berasal dari Ilo, papanya Ily.
Hingga mereka tiba di petunjuk terakhir, benteng tak tertembus yang mereka pikir di dalamnya terdapat bunga itu. Mereka menggunakan jalur tikus raksasa di bawah tanah untuk menembus benteng itu, namun itu menimbulkan masalah baru dan menguras banyak tenaga dalam melawan tikus-tikus itu.
Lalu Mereka tersadar bahwa Bunga itu justru akan tumbuh di kota Ilios, kota semula tempat mereka berangkat. Karena mereka sudah mengarah ke Utara, Selatan, Barat dan Timur.
Namun saat di perjalanan kembali ke kota itu, Raib menyadari sesuatu. Bunga itu tidak akan mekar disana, namun di rumah Hana, yang sempat mereka singgahi saat perjalanan berangkat. Karena petunjuk terakhir mengatakan bahwa bunga itu akan mekar di tempat yang mengeluarkan ratusan cahaya pada malam hari, dan itu jarang terjadi. Ia ingat kata-kata Hana saat itu bahwa ratusan lebahnya sebentar lagi akan panen dan mengeluarkan cahaya itu.
Akhirnya mereka kembali semangat, dengan keadaan Seli yang nyaris tidak bisa merasakan kakinya.
Tiba di rumah Hana, kontingen Salamander yang licik sudah tiba duluan. Seli, Ily dan Ali putus asa. Namun Raib ingin tetap member semangat pada mereka.
Dan Fala Tara Tana IV tidak mengizinkan Kontingen Salamander mencabut bunga itu, karena mereka licik. Malah pimpinan klan Matahari menyuruh dan memaksa Raib yang mencabutnya. Dan di saat bersamaan, Hana keluar rumah dan melihat Fala tara tana, ia teringat anaknya 400 tahun lalu yang meninggal di kompetisi ini.
Intinyaa… pertarungan mendapatkan bunga mekar itu keliru, bukan jika menang lantas mempunyai kekuasaan, tapi jika bunga itu diambil oleh orang yang tepat, baik hatidan tulus seperti Raib dan anaknya Hana dulu, bunga itu menjadi kekuatan tak terduga. Kita bisa meminta apa saja, dan 400 tahun lalu, Fala membuka kekuatan hitam dan anaknya Hana menjadi korban. Lantas Fala menjadi pemimpin terkuat, namun jahat.
Justru disinilah pertempuran sesungguhnya dimulai.. akankah Raib dan teman-temannya mampu melawan Fala? Baca selanjutnya di Novel “Bulan.”