Akhirnya setelah beres UAS dan udah lama pengen beli novel "Rindu", alhamdulillah tercapai juga.
Novel setebal 544 halaman ini berkisah tentang 5 pertanyaan besar dalam hidup ini yang dibawa penumpang kapal haji dari seluruh nusantara, mulai dari Makassar hingga Aceh.
Kapal tersebut bernama Blitar Holland, ya, kapal belanda, dengan kaptennya yang bernama Philips. Novel ini berlatar puluhan tahun silam, beberapa tahun sebelum kemerdekaan, dan satu tahun sebelum perang dunia II, di saat masih banyak tentara belanda dan perlawanan rakyat Indonesia dimana-mana.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab oleh Gurutta Ahmad Karaeng, ulama termahsyur saat itu. Namun beliau sendiri punya satu pertanyaan besar, dan akhirnya terjawab oleh seorang pelaut tangguh yang telah melalui pahit getir kehidupan selama 24 tahun, bernama Ambo Uleng.
Pertanyaan pertama berasal dari Bonda Upe, seorang China Islam yang saat perjalanan menuju haji menjadi guru ngaji anak-anak di kapal. Ia mengisahkan kehidupan kelamnya sebagai seorang pelacur, namun kabar baiknya saat ini ia sedang bersama suaminya yang begitu mencintainya.
Pertanyaan kedua berasal dari Daeng Andipati, yang begitu sukses, terhormat, memiliki istri yang cantik, anak-anak yang cerdas bernama Anna dan Elsa. Namun, di balik itu semua ia menyimpan benci yang amat dalam pada ayahnya di masa lalu. Dan kehidupan lampau nya itu tidak seperti yang orang bayangkan, sukses dan bahagia.
Pertanyaan ketiga dari seorang pasangan tua yang paling romantis. Adalah Mbah Kakung dan istrinya Mbah Puteri. Mbah puteri meninggal di perjalanan saat menuju jeddah. Ia dimakamkan di lautan. Dan pertanyaan itu adalah kenapa beliau harus meninggal disitu, tidak dua atau tiga bulan saja, begitu kata suaminya, Mbah Kakung, padahal ia ingin dimakamkan berdampingan dengan istrinya.
Pertanyaan keempat dari Ambo Uleng, seorang kelasi (pegawai kapal) yang sangat pendiam. Ia melamar pekerjaan di kapal Blitar Holland karena ingin menjauh dari kehidupan suramnya, di pare-pare. Karena ia telah patah hati. Berhari-hari ia menjadi begitu pendiam. Di suatu kejadian, saat kapal berlabuh di Surabaya, penumpang turun, tidak terkecuali Anna dan Elsa, dan disana ada serangan rakyat Surabaya kepada tentara Belanda. Semua orang panik. Daeng Andipati kehilangan Anna. Ia berusaha mencarinya. Tapi gagal. Hingga sore hari ia dan seluruh penumpang tidak menemukannya. Tiba-tiba Ambo Uleng datang dengan tubuh penuh luka-luka, ia menggendong Anna yang berumur 9 tahun. Ia berhasil menyelamatkannya.
Ambo Uleng ditinggal ayahnya saat ia berumur 9 tahun, di lautan. Ibunya meninggal 6 bulan kemudian. Ia tinggal sendiri, ia seorang pelaut tangguh. Berbagai pengalaman mulai dari membersihkan kapal, menjadi kelasi, hingga menjadi kapten kapal Phinisi. Dan sejak kejadian di hari itu dimana ia patah hati, ia ingin pergi menjauh dari cintanya, di Pare-Pare.
Ternyata Gadis yang Ambo Uleng cintai itu akan dijodohkan dengan seorang pemuda yang lebih pandai, lebih berilmu, lebih berpendidikan, lebih pantas. Begitu kata ibunya sang gadis. Padahal Ambo Uleng dan gadis itu saling mencintai. Bahkan Ambo pernah menyelamatkan nyawa gadis itu saat ada badai besar di lautan tepat saat ayahnya meninggal ketika membawa kapal yang mereka tumpangi. Yan ayahnya sang gadis adalah pemilik kapal, dan Ambo hanya pesuruh.
Maka, Ambo Uleng hampir mati karena cinta, ia ditemukan pingsan di ruangan sempit dekat tungku batu bara. Berhari-hari ia menghilang, ternyata ada disitu. Ini semua karena urusan hati. Tapi untung saja ada teman kelasi yang menemukannya.
Lanjut ke pertanyaan Gurutta. Ia gelisah karena begitu mudahnya memberikan nasihat dan solusi pada orang lain, dan menulis beratus buku yang bisa menyadarkan orang banyak, namun ia sendiri apakah bisa melakukan hal yang ia nasihati itu? Terjawablah sudah pertanyaan itu saat ada perompak Somalia, dimana ia ragu untuk bergerak melawan perompak itu, namun Ambo lah yang berani dan telah menjawab pertanyaan itu, dengan tindakan untuk menyerang balik perompak-perompak itu. Ya, jawabannya adalah dengan 'perbuatan', tidak hanya dengan lisan ataupun tulisan.
Dan yang paling saya tunggu,, hehe Akhirnya pertanyaan Ambo Uleng terjawab. Ambo ikut rombongan haji saat itu, dan ketika pulang kembali ke Makassar bersama Gurutta Ahmad Karaeng, mereka disambut keluarga besar Daeng Yusuf. Dan ternyataaa.. Pria yang akan dijodohkan dengan gadis itu adalah Ambo Uleng, yang tak lain adalah murid dari seorang ulama termahsyur di Goa, Gurutta Ahmad Karaeng.
hmm aku paling suka kutipan yang ini:
Wow, kisah yang indah.. Seorang pemuda yang patah hati begitu dalamnya, bahkan memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya untuk melupakan kenangan pahit itu, namun dengan bersabar, ia mendapatkan kembali cinta itu dengan sangat menis. Subhanallah..
Novel setebal 544 halaman ini berkisah tentang 5 pertanyaan besar dalam hidup ini yang dibawa penumpang kapal haji dari seluruh nusantara, mulai dari Makassar hingga Aceh.
Kapal tersebut bernama Blitar Holland, ya, kapal belanda, dengan kaptennya yang bernama Philips. Novel ini berlatar puluhan tahun silam, beberapa tahun sebelum kemerdekaan, dan satu tahun sebelum perang dunia II, di saat masih banyak tentara belanda dan perlawanan rakyat Indonesia dimana-mana.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab oleh Gurutta Ahmad Karaeng, ulama termahsyur saat itu. Namun beliau sendiri punya satu pertanyaan besar, dan akhirnya terjawab oleh seorang pelaut tangguh yang telah melalui pahit getir kehidupan selama 24 tahun, bernama Ambo Uleng.
Pertanyaan pertama berasal dari Bonda Upe, seorang China Islam yang saat perjalanan menuju haji menjadi guru ngaji anak-anak di kapal. Ia mengisahkan kehidupan kelamnya sebagai seorang pelacur, namun kabar baiknya saat ini ia sedang bersama suaminya yang begitu mencintainya.
Pertanyaan kedua berasal dari Daeng Andipati, yang begitu sukses, terhormat, memiliki istri yang cantik, anak-anak yang cerdas bernama Anna dan Elsa. Namun, di balik itu semua ia menyimpan benci yang amat dalam pada ayahnya di masa lalu. Dan kehidupan lampau nya itu tidak seperti yang orang bayangkan, sukses dan bahagia.
Pertanyaan ketiga dari seorang pasangan tua yang paling romantis. Adalah Mbah Kakung dan istrinya Mbah Puteri. Mbah puteri meninggal di perjalanan saat menuju jeddah. Ia dimakamkan di lautan. Dan pertanyaan itu adalah kenapa beliau harus meninggal disitu, tidak dua atau tiga bulan saja, begitu kata suaminya, Mbah Kakung, padahal ia ingin dimakamkan berdampingan dengan istrinya.
Pertanyaan keempat dari Ambo Uleng, seorang kelasi (pegawai kapal) yang sangat pendiam. Ia melamar pekerjaan di kapal Blitar Holland karena ingin menjauh dari kehidupan suramnya, di pare-pare. Karena ia telah patah hati. Berhari-hari ia menjadi begitu pendiam. Di suatu kejadian, saat kapal berlabuh di Surabaya, penumpang turun, tidak terkecuali Anna dan Elsa, dan disana ada serangan rakyat Surabaya kepada tentara Belanda. Semua orang panik. Daeng Andipati kehilangan Anna. Ia berusaha mencarinya. Tapi gagal. Hingga sore hari ia dan seluruh penumpang tidak menemukannya. Tiba-tiba Ambo Uleng datang dengan tubuh penuh luka-luka, ia menggendong Anna yang berumur 9 tahun. Ia berhasil menyelamatkannya.
Ambo Uleng ditinggal ayahnya saat ia berumur 9 tahun, di lautan. Ibunya meninggal 6 bulan kemudian. Ia tinggal sendiri, ia seorang pelaut tangguh. Berbagai pengalaman mulai dari membersihkan kapal, menjadi kelasi, hingga menjadi kapten kapal Phinisi. Dan sejak kejadian di hari itu dimana ia patah hati, ia ingin pergi menjauh dari cintanya, di Pare-Pare.
Ternyata Gadis yang Ambo Uleng cintai itu akan dijodohkan dengan seorang pemuda yang lebih pandai, lebih berilmu, lebih berpendidikan, lebih pantas. Begitu kata ibunya sang gadis. Padahal Ambo Uleng dan gadis itu saling mencintai. Bahkan Ambo pernah menyelamatkan nyawa gadis itu saat ada badai besar di lautan tepat saat ayahnya meninggal ketika membawa kapal yang mereka tumpangi. Yan ayahnya sang gadis adalah pemilik kapal, dan Ambo hanya pesuruh.
Maka, Ambo Uleng hampir mati karena cinta, ia ditemukan pingsan di ruangan sempit dekat tungku batu bara. Berhari-hari ia menghilang, ternyata ada disitu. Ini semua karena urusan hati. Tapi untung saja ada teman kelasi yang menemukannya.
Lanjut ke pertanyaan Gurutta. Ia gelisah karena begitu mudahnya memberikan nasihat dan solusi pada orang lain, dan menulis beratus buku yang bisa menyadarkan orang banyak, namun ia sendiri apakah bisa melakukan hal yang ia nasihati itu? Terjawablah sudah pertanyaan itu saat ada perompak Somalia, dimana ia ragu untuk bergerak melawan perompak itu, namun Ambo lah yang berani dan telah menjawab pertanyaan itu, dengan tindakan untuk menyerang balik perompak-perompak itu. Ya, jawabannya adalah dengan 'perbuatan', tidak hanya dengan lisan ataupun tulisan.
Dan yang paling saya tunggu,, hehe Akhirnya pertanyaan Ambo Uleng terjawab. Ambo ikut rombongan haji saat itu, dan ketika pulang kembali ke Makassar bersama Gurutta Ahmad Karaeng, mereka disambut keluarga besar Daeng Yusuf. Dan ternyataaa.. Pria yang akan dijodohkan dengan gadis itu adalah Ambo Uleng, yang tak lain adalah murid dari seorang ulama termahsyur di Goa, Gurutta Ahmad Karaeng.
hmm aku paling suka kutipan yang ini:
Wow, kisah yang indah.. Seorang pemuda yang patah hati begitu dalamnya, bahkan memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya untuk melupakan kenangan pahit itu, namun dengan bersabar, ia mendapatkan kembali cinta itu dengan sangat menis. Subhanallah..